assalamu'alaikum wr.wb
tanya :
gimana hukumnya sholat beda niat, semisal kita sholat fardhu
berma'mum kepada orang yg ternyata sedang melaksanakan sholat sunnah ?
lalu apa hukumnya jika kita mengganti niat dari ma'mum
menjadi imam, batalkah sholat kita?
makasih..
wa'alaikumussalam wr.wb
jawab :
Imam Asy Syafi’i mengatakan dalam satu qoidah mengenai
masalah niat ini. Beliau rahimahullah berkata,
ونية كل مصل نية نفسه لا يفسدها عليه أن يخالفها نية غيره وإن أمه
“Niat setiap orang yang
melaksanakan shalat adalah niat bagi dirinya sendiri. Niat orang lain yang
mengimaminya jika berbeda tidak membuat cacat ibadahnya.
وإذا لم تفسد صلاة المأموم بفساد صلاة الامام كانت نية الامام إذا خالفت
نيه المأموم أولى أن لا تفسد عليه
“Jika shalat imam batal, shalat
ma’mum tidaklah batal. Maka demikian pula jika niat imam berbeda dengan niat
ma’mum, itu tidak masalah.” (Al Umm, 1: 201)
Imam Nawawi rahimahullah berkata,
في مذاهب العلماء في اختلاف نية الامام والمأموم: قد ذكرنا أن مذهبنا
جواز صلاة المتنفل والمفترض خلف متنفل ومفترض
“Menurut pendapat para ulama
dalam hal perbedaan antara niatan imam dan makmum, sebagaimana yang telah kami
sebutkan bahwa menurut madzhab kami, madzhab Syafi’i, boleh adanya beda niat
antara imam dan makmum di mana imam melaksanakan shalat sunnah atau shalat
wajib dan makmum melaksankan shalat sunnah dan shalat wajib.” (Al Majmu’, 4:
271)
lalu bagaimana jika merubah niat dari ma'mum menjadi iman,
atau sebaliknya ?
dalam kitab bulughul marom dikutib sebuah hadits tentang
merubah niat dari niat imam menjadi makmum, maka di hukumi boleh. Berdasarkan
hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha, tentang kisah Abu Bakar mengimami para
sahabat. Dalam hadits tersebut beliau menyebutkan, “Ketika ia (Abu Bakar)
melihat Rasulullah datang, ia mundur. Nabi shallallahu alaihi wassalam memberi
isyarat kepadanya seraya bersabda, “Tetaplah ditempatmu”. Beliau shallallahu
‘alaihi wasallam datang dan duduk di samping Abu Bakar. Maka Abu Bakar salat
berdiri bermakmum kepada Rasulullah shallallahu alaihi wassalam sementara para
sahabat lainnya mengikuti Abu Bakar radhiyallahu’anhu“. (HR. Bukhari dan
Muslim)
alu bagaimana jika salah satu diantara kita niat qodho'an
sementara yang lain ada'an antara imam dg ma'mum ?
Di dalam kitab yang sama dan halaman yang sama di dalam
kitab Al Umm, Imam Syafi’i rahimahullah juga berkata,
وإذا صلى الامام نافلة فائتم به رجل في وقت يجوز له فيه أن يصلى على الانفراد
فريضة ونوى الفريضة فهى له فريضة كما إذا صلى الامام فريضة ونوى المأموم نافلة كانت
للمأموم نافلة لا يختلف ذلك وهكذا إن أدرك الامام في العصر وقد فاتته الظهر فنوى بصلاته
الظهر كانت له ظهرا ويصلى بعدها العصر
“Jika imam melaksanakan shalat
sunnah, lalu datang seseorang bermakmum di belakangnya pada saat itu, maka
boleh ia berniat dengan niatan ia sendiri yaitu niatan shalat fardhu. Makmum
tersebut mendapatkan niat shalat fardhu. Sebagaimana juga ketika imam
melaksanakan shalat fardhu, lalu makmum berniat shalat sunnah, maka makmum
diperbolehkan seperti itu. Tidaklah bermasalah adanya perbedaan niat kala itu.
Begitu pula ketika seseorang mendapati imam melaksanakan shalat ‘Ashar, namun
ia ada udzur luput dari shalat Zhuhur, maka ia boleh berniat shalat Zhuhur di
belakang imam yang melaksanakan shalat ‘Ashar kemudian setelah itu ia
melaksanakan shalat ‘Ashar. ” (Al Umm, 1: 201)
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar