( قوله : ويقف غير مأموم إلخ ) ويوضع رأس الذكر لجهة
يسار الإمام ويكون غالبه لجهة يمينه خلافا لما عليه عمل الناس الآن أما الأنثى والخنثى
فيقف الإمام عند عجيزتهما ويكون رأسهما لجهة يمينه على عادة الناس الآن ع ش ، والحاصل
أنه يجعل معظم الميت عن يمين المصلي ، فحينئذ يكون رأس الذكر جهة يسار المصلي ، والأنثى
بالعكس إذا لم تكن عند القبر الشريف أما إن كانت هناك ، فالأفضل جعل رأسها على اليسار
كرأس الذكر ليكون رأسها جهة القبر الشريف سلوكا للأدب كما قاله بعض المحققين .
Hasyiyah al-Bujairomi alaa al-Manhaj I/484
Menurut keterangan dalam ‘ibaroh diatas “Sebaiknya bila
mayat lelaki, bagian kepala diletakkan diarah kirinya orang yang shalat
(sebelah selatan untuk konteks Indonesia) sedang bila mayat wanita, bagian
kepala diletakkan diarah kanannya orang yang shalat (sebelah utara untuk
konteks Indonesia).
ويقف ندبا غير مأموم من إمام ومنفرد عند رأس ذكر وعجز غيره من أنثى وخنثى.
ويوضع رأس الذكر لجهة يسار الإمام، ويكون غالبه لجهة يمينه، خلافا لما عليه عمل الناس
الآن. أما الأنثى والخنثى فيقف الإمام عند عجيزتيهما ويكون رأسهما لجهة يمينه على عادة
الناس الآن؛ كذا في الشبرا ملسي والبجيرمي والجمل وغيرهما من حواشي المصريين.
Fath al-‘Alaam III/172
“Bagi Imam sholat dan orang yang
sholat sendirian, disunnahkan memposisikan diri -ketika sholat janazah- di
dekat kepala mayit laki-laki dan di dekat bokong mayit perempuan dan banci.
Kepala mayit laki-laki diletakkan pada posisi arah kiri imam -sedangkan yang
mentradisi ada pada arah kanan imam-, hal ini berbeda dengan yang biasa
dilakukan masyarakat saat ini. Adapun mayit perempuan dan banci, maka imam
memposisikan dirinya di dekat bokong janazah, sedangkan kepala janazah
diletakkan pada posisi arah kanan sebagaimana biasa dilakukan saat ini.”
وَفِي الْبُجَيْرِمِيِّ مَا نَصُّهُ وَيُوضَعُ رَأْسُ الذَّكَرِ لِجِهَةِ
يَسَارِ الْإِمَامِ وَيَكُونُ غَالِبُهُ لِجِهَةِ يَمِينِهِ خِلَافًا لِمَا عَلَيْهِ
عَمَلُ النَّاسِ الْآنَ وَيَكُونُ رَأْسُ الْأُنْثَى وَالْخُنْثَى لِجِهَةِ يَمِينِهِ
عَلَى عَادَةِ النَّاسِ الْآنَ ع ش وَالْحَاصِلُ أَنَّهُ يُجْعَلُ مُعْظَمُ الْمَيِّتِ
عَنْ يَمِينِ الْمُصَلِّي فَحِينَئِذٍ يَكُونُ رَأْسُ الذَّكَرِ جِهَةَ يَسَارِ الْمُصَلِّي
وَالْأُنْثَى بِالْعَكْسِ إذَا لَمْ تَكُنْ عِنْدَ الْقَبْرِ الشَّرِيفِ أَمَّا إذَا
كَانَتْ هُنَاكَ فَالْأَفْضَلُ جَعْلُ رَأْسِهَا عَلَى الْيَسَارِ كَرَأْسِ الذَّكَرِ
لِيَكُونَ رَأْسُهَا جِهَةَ الْقَبْرِ الشَّرِيفِ سُلُوكًا لِلْأَدَبِ كَمَا قَالَهُ
بَعْضُ الْمُحَقِّقِينَ ا هـ .
Dalam kitab al-Bujairomi terdapat keterangan yang redaksinya
“Dan kepala mayat laki-laki diletakkan disebelah kirinya imam shalat janazah,
sebagian besar anggauta tubuh mayat diletakkan sebelah kanannya berbeda dengan
kebiasaan shalat janazah yang terjadi sekarang ini.
Sedang kepala mayat wanita serta khuntsa (orang berkelamin
ganda) diletakkan disebelah kanan imam.
Kesimpulan “Sesungguhnya sebagian besar anggota mayat saat
dishlalatkan berada disebelah kanan orang yang menshalatinya, maka kepala mayat
laki-laki berada disebelah kirinya orang yang shalat janazah sedang wanita
kebalikannya, hal yang demikian bila tidak berada pada kuburan yang mulia
sedang bila disana maka sebaiknya meletakkan kepala mayat wanita disebelah kiri
orang yang menshalatinya seperti mayat lelaki agar kepalanya kearah kuburan
yang mulia demi menjaga sopan santun seperti keterangan yang disampaikan sebagian
ulama yang muhaqqiqiin”.
Tuhfah al-Muhtaaj XI/181
Dalam permasalahan ini terjadi perbedaan pendapat diantara
para ulama, sebagaimana telah dimaklumi pada hampir semua perso’alan fiqih.
Namun pendapat yg rojih/kuat berdasarkan dalil-dalil syar’i. Jika mayyit
tersebut adalah laki-laki, maka jenazah itu diletakkan diarah kiblat kemudian
imam berdiri pada posisi lurus dengan kepala si mayyit menghadap arah kiblat.
Namun jika si mayat adalah seorang wanita, maka diletakkan diarah kiblat
kemudian imam berdiri ditengahnya(antara kepala dan kakinya) dengan menghadap
arah kiblat. Ini adalah pendapat madzhab syafi’I, Ahmad, dan Ishaq dan sebagian
madzhab Hanafi.
(lihat Al Majmu’ 5/225, Syarh Al Ma’ani 1/284)
Asy-syaukani berkata:” inilah pendapat yg benar”
wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar