PENCABUTAN KEKUASAAN ORANG TUA
ياايها الذين
امنوا
لا
تتخذوا
اليهود
والنصارى
اولــياء
1. Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengangkat orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpinmu (wali). (Q.S.
Al Ma’idah : 51)
لا يزوجان
ثيبا
بوطء
ولو
زنا
وإن
ثبوتها
بقولها
إن
حلفت
إلا
بإذنها
نطقا
2. Tidak boleh wali mujbir (bapak dan
kakek) mengawinkan perempuan yang telah tidak gadis lagi (baik karena kawin
ataupun tidak gadis karena zina). (I’anatut Thalibin III : 31)
من غاب
دونها
فلا
يزوج
السلطان
إلا
بإذنها
3. Wali aqrab yang gaib kurang dari dua
marhalah, Hakim tidak boleh mengawinkan, kalau tidak dapat ijin dari wali
tersebut. (Fathul Wahab III : 341)
PERWALIAN NIKAH
ولابد من
ثبوت
العضل
عند
الحاكم
ليزوج
بأن
يمتنـع
الولى
من
التـزويج
بين
يديه
بعد
أمره
به
والمرأة
والخاطب
حضران
1. Untuk menetapkan adanya sikap adhol
dari wali agar dia dapat mengawinkan, hendaklah wali yang bersangkutan menolak
mengawinkan di muka Hakim tersebut setelah Hakim memintanya untuk itu, sedang
pihak wanita dan pria pelamar hadir dalam Majelis tersebut. (Qalyubi III : 225)
والتعزز كأن
يقول
عند
طلب
التزويج
منه
أزوجها
غدا
فكلما
يسأل
فى
ذلك
يوعد
2. Yang dimaksud enggan ialah misalnya dia
berkata: “soal diminta untuk mengawinkan, dia menjawab: ”Besok saja kawinkan”
tiap (I’anatut Tholibin III : 317)
لكـن بعد
ثبوت
العضل
عنده
بامتـناع
منه
أو
سكوته
بحضرته
بعد
أمره
به
والمرأة
والخاطب
حاضران
3. Tetapi sesudah tetap adhol padanya
dengan enggan untuk mengawinkan atau berdiam sesudah diperintahkan oleh Hakim
di hadapannya, (Nihayatul Muhtaj VI : 229)
ويثبت توارى
الولي
أو
تعززه
زوجها
الحاكم
4. Bila telah jelas wali itu bersembunyi
atau membangkang maka hakimlah yang mengawinkannya. (I’anatut Tholibin III :
319)
أما الولي
غير
المجبر
وهو
غير
الأب
والجد
فليس
له
أن
يزوج
من
له
عليها
الولاية
إلا
بإذنها
ورضاها
5. Wali yang tidak mujbir yaitu selain
ayah dan kakek, tidak boleh mengawinkan seseorang yang berada dibawah
perwaliannya, kecuali dengan ijin dan kerelaan yang bersangkutan. (Fiqh
Madzahibil Arba’ah IV : 36)
وكذا يزوج
السلطان
إذا
عضل
النسب
القريب
ولو
مجبرا
اى
امتنع
من
تزويجهافإذا
امتنعوا
من
وفائه
رفعه
إلى
الحاكم
ولا
تنتقل
الولاية
للأبعد
جزما
6. Demikian pula dikawinkan oleh Hakim
bila wali nasabnya adhol walaupun dengan paksa, atau enggan mengawinkannya.
Selanjutnya dikatakan kalau mereka enggan mengawinkannya, maka Hakimlah yang
mengawinkannya dan tidak boleh sekali-kali pindah perwaliannya kepada wali yang
jauh (ab’ad). (Mughnil Muhtaj III)
وأولى الولاة
اى
احق
الأولياء
بالتزويج
الأب
إلى
أن
قال
: ثم
العم
الثقيق
ثم
العم
للأب
ثم
ابنه
اى
ابن
لكل
بيـنهما
وإن
سفل
7. Yang berhak menjadi wali ialah ayah
kemudian paman sekandung paman sebapa kemudian anak mereka masing-masing sampai
kebawah. (Al Bajuri II : 132-133)
وإن غاب
الولي
إلى
مسافة
يقصير
فيها
الصلاة
زوجها
السلطان
ولم
يكـن
لمن
بعده
من
الأولياء
أن
يزوج
لأن
ولاية
الغائب
باقية
8. Jika wali yang berhak tidak hadir jarak
berlakunya qashar, maka hakim yang berhak mengawinkan, jika wali yang lain
tidak ada sebab hak wilayah yang gaib itu tetap ada. (Al Muhadzab II : 37)
ولو خطب
امرأة
وحكما
رجلا
فى
التزويج
كان
له
اليزويج
إذا
لم
يكـن
لها
ولي
خاص
من
نسب
أو
عتق
ولو
كان
لها
ولى
غائب
لم
يجز
التحكيم
لأن
نيابة
الغيب
للقاضى
9. Apabila seorang meminang wanita dan
keduanya menyerahkan kepada seorang yang lain untuk mengawinkan, maka hal itu
boleh apabila tidak ada wali dari pihak wanita baik wali nasab maupun wali
karena pembebasan (dimerdekakan). Kalau ada wali gaib hal itu tidak boleh
sebabyang berahak menggantikan wali gaib itu adalah hakim. (Al Anwar II : 402)
السلطان ولي
من
لاولي
له
10. Pemerintah adalah wali bagi orang yang
tidak mempunyai wali. (I’anatut Thalibin III : 314)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar