Allah menciptakan
manusia sebagai para khalifah-Nya di dunia. Meskipun manusia sama-sama sebagai
khalifah Allah di dunia, tetapi pada kenyataannya derajat mereka tidak
sama satu dengan yang lainnya. Ada yang ditinggikan derajatnya mengalahkan yang
lain seperti para rasul, para nabi, ulama, wali-wali, mujahid, hafis quran, dan
lain-lain yang tentulah tidak sama derajatnya di sisi Allah dengan orang-orang
durhaka dan jahil. Dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Kuasa atas hal
itu. Demikian juga nabi, beliau berhak untuk meninggikan dan mengutamakan siapa
di antara umatnya yang pantas untuk itu.
Firman Allah, Al
Ahzab: 6
“Nabi
itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”
Al An’am:
165
“Dan
Dia lah yang menjadikan kamu para khalifah di bumi, dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu.”
Menghormati
Orang Terhormat dengan Berdiri
Sejak lebih 1000
tahun, yakni di masa awal islam mulai berkembang, sampai dengan masa millenium
ketiga ini, ulama-ulama ahlussunah wal jamaah dan para pengikutnya
terbiasa dengan mantap berdiri melakukan penghormatan terhadap orang-orang yang
mulia. Hal ini malah sudah menjadi adat kebiasaan di kalangan ahlussunnah.
Namun sayang, akhir-akhir ini mulai timbul riak-riak kecil yang mempersalahkan
penghormatan ini. Kini telah muncul segelintir umat Islam yang sangat
tidak senang atas prilaku pengikut ahlussunah itersebut. Terkadang celaan yang
muncul dari segelintir umat ini agak keterlaluan pedasnya, sampai-sampai
menuduh pengikut ahlussunnah melakukan kultus individu yang menyimpang
dari ajaran Islam, bahkan sampai dituduh musyrik.
Benarkah
demikian…..?
Firman Allah dalam
surat Al Mujadalah: 11 tentang berdiri dalam majelis:
“Dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”
Sebenarnya ada
banyak dalil yang datang dari Nabi serta para sahabat Radhiyallahu ‘Anhum
tentang berdiri menghormati orang terhormat. Salah satunya
adalah sebuah hadis shahih yang diceritakan oleh Ka’ab bin Malik Radhiyallahu
‘Anhu ketika beliau baru saja diterima tobatnya, karena tidak ikut
menyertai Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pada peperangan Tabuk.
Kisah itu sebagai
berikut: “Ka’ab bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Aku kemudian
pergi ke masjid untuk menjadi makmum di belakang Rasulullah, maka orang-orang
telah datang kepadaku gelombang demi gelombang menyampaikan pernyataan bahwa
ayat quran telah turun, dan taubatku diterima oleh Allah, seraya mereka
berkata, “Semoga engkau berbahagia dengan penerimaan taubat mu oleh Allah Subhanahu
Wa Ta’ala “. Aku pun kemudian memasuki masjid dan mendapati Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam sedang duduk dikerumuni orang banyak. Thalhah bin
Ubaiydillah Radhiyallahu ‘Anhu lalu berdiri menghormatiku seraya
berlari-lari kecil ke arah ku. Kemudian beliau menjabat tangan ku dan
mengucapkan selamat kepadaku. Demi Allah, selain Thalhah tidak ada orang lain
dari kaum muslimin yang berdiri menyambut kedatangan ku. Kebaikan Thalhah itu
tidak dapat aku lupakan….” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain
diceritakan dari Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata;
“Aku tidak melihat
seorang pun di antara manusia yang lebih menyerupai nabi dalam hal berdialog,
berbicara, dan cara duduknya selain Fatimah Radhiyallahu ‘Anha ”.
Aisyah Radhiyallahu ‘Anha berkata, “Apabila nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam melihat Fatimah datang beliau menyambutnya serta berdiri
untuknya, lalu menciumnya sambil memegang erat tangan Fatimah itu. Kemudian
Nabi menuntun Fatimah sampai mendudukkannya di tempat beliau biasa duduk.
Sebaliknya, apabila Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang datang
kepadanya, Fatimah berdiri menyambut Nabi serta mencium Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wasallam (HR. Bukhari, Turmidzi, Abu Dawud).
Lihat kitab Adabul Mufrad, karya Imam Bukhari.
Dalam kisah lain juga diriwayatkan dalam
hadis yang shohih bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
memerintahkan para shahabat untuk berdiri memberikan penghormatan kepada Sa’ad
bin Muadz Radhiyallahu ‘Anhu, ketika beliau mendatangi majelis Nabi
dan para shahabat beliau. Saat itu nabi saw menyambut Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu
‘Anhu dengan ucapan;Lihat kitab Adabul Mufrad, karya Imam Bukhari.
“Berdirilah
kamu semua, hormatilah sayyid kamu ini…..” ( H.R. Bukhari).
Para ulama
ahlussunnah wal jama’ah telah sepakat bahwa dalil-dalil di atas menunjukkan
akan bolehnya berdiri untuk menghormati seorang yang terhormat pada saat-saat
tertentu. Jumhur Ulama menjadikan hadis-hadis di atas sebagai dalil atas
dianjurkannya berdiri menghormati orang terhormat yang datang.
Imam Nawawi
memberi komentar atas hadis Sa’ad bin Muadz di atas, bahwa hadis
itu adalah dalil atas bolehnya menghormati orang yang memiliki
keutamaan dan berdiri menyambutnya saat dia datang. Bahkan beliau
mengatakan hukumnya adalah mustahab, yakni digemarkan menghormati orang sholih
dengan berdiri karena banyaknya hadis yang menegaskan akan hal tersebut, dan
sebaliknya tidak ada satu pun larangan yang tegas mengenainya. (Lihat Kitab Syarhun
Nawawi ’Ala Shohih Muslim, Jilid 12 halaman 93).
Namun demikian,
yang dimaksud dengan berdiri dalam hal ini, tentu saja tidak termasuk berdiri
dalam hal yang dilarang syari’at. Menurut Qadhi Iyadh, berdiri yang
dilarang adalah berdiri kepada seseorang, padahal orang yang dihormati itu
duduk dan tetap duduk, sementara orang yang menghormatinya itu terus menerus
berdiri sampai acara selesai. Ini dilarang oleh syari’at. Wallahu A’lam…….
Ada sepotong hadis
yang selalu salah diartikan, dan hadis ini selalu dibawa-bawa untuk melarang
orang melakukan penghormatan dengan berdiri. Hadis itu berbunyi :
Artinya,
”Barang siapa menginginkan agar orang-orang berdiri memberi hormat
kepadanya, maka hendaklah orang tersebut mempersiapkan tempat duduknya di
neraka”
Hadis di atas
adalah melarang seseorang agar orang lain semua diperintahkan berdiri untuk
menghormatinya dan dia senang dengan hal itu. Jika tidak dihormati dengan
berdiri maka orang tersebut akan kecewa dan marah. Inilah yang dilarang oleh
Nabi dalam konteks hadis di atas…..! Sikap orang seperti ini menunjukkan sikap
kesombongan dan keangkuhan, yang memang sangat dicela dalam Islam. Rasul
bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada sekecil
atom sifat sombong”.
Namun penting
diketahui, bahwa persoalannya tidak sama. Manalah sama jika seseorang yang
dihormati dan orang lain berdiri untuk menghormatinya, dengan seseorang minta
dihormati dan memerintahkan semua orang berdiri menghormatinya. Hal yang sangat
berbeda jauh. Dalam hadis di atas, Nabi hanya mengancam orang yang
meminta orang lain untuk menghormatinya dengan berdiri, di mana, jika tidak
dilakukan penghormatan seperti itu atasnya, maka orang itu merasa terhina. Ini
jelas adalah sifat yang tercela. Kesimpulannya, menghormati orang terhormat
tidak sama dengan sikap meminta orang lain untuk menghormati dirinya.
Sebagai
perbandingan, dalam Islam orang miskin dilarang menampakkan kemiskinannya dan
meminta-minta kepada orang lain. Tapi di sisi lain, para orang kaya
diperintahkan membagikan hartanya kepada orang miskin. Maka jika orang-orang
kaya dengan suka rela membantu orang miskin dengan hartanya tentu hal ini
sangat baik dan Allah akan memberikan pahala kepada si orang kaya itu.
Perbuatan para orang kaya ini sesuai dengan syari’at Islam. Persoalannya jadi
lain jika orang-orang miskin itu yang meminta-minta pada si orang kaya untuk
disedekahi. Perbuatan simiskin ini tercela dalam syari’at Islam. Begitulah
kira-kira gambaran tentang orang yang berdiri menghormati orang terhormat.
Perbuatan ini tidak salah bahkan sesuai syari’at Islam. Berbeda jauh jika si
orang yang terhormat itu yang meminta agar orang lain semua berdiri untuk
menyambutnya, seperti yang diancam Nabi dalam hadis di atas…..!
Wallahu A’lam
Bishshowab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar