Kamis, 18 April 2013

MEMEGANG TONGKAT KETIKA KHUTBAH

Memegang Tongkat pada Saat Khutbah Jumhur (mayoritas) ulama fiqh mengatakan bahwa sunnah hukumnya khatib memegang tongkat dengan tangan kirinya pada saat membaca khutbah. Dijelaskan oleh Imam Syafi'i di dalam kitab al-Umm:

 ﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠﻪُ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ( ﺑَﻠَﻐَﻨَﺎ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻄَﺐَ ﺍِﻋْﺘَﻤَﺪَ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺼَﻰ. ﻭَﻗَﺪْ ﻗِﻴْﻞَ ﺧَﻄَﺐَ ﻣُﻌْﺘَﻤِﺪًﺍ ﻋَﻠَﻰ ﻋُﻨْﺰَﺓٍ ﻭَﻋَﻠَﻰ ﻗَﻮْﺱٍ ﻭَﻛُﻞُّ ﺫَﺍﻟِﻚَ ﺍِﻋْﺘِﻤَﺎﺩًﺍ. ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺍﻟﺮَّﺑِﻴْﻊُ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧَﺎ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ﻗَﺎﻝَ ﺃَﺧْﺒَﺮَﻧﺎَ ﺇِﺑْﺮَﺍﻫِﻴْﻢُ ﻋَﻦْ ﻟَﻴْﺚٍ ﻋَﻦْ ﻋَﻄَﺎﺀٍ ﺃَﻥَّ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻄَﺐَ ﻳَﻌْﺘَﻤِﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﻋُﻨْﺰَﺗِﻪِ ﺍِﻋْﺘِﻤَﺎﺩًﺍ t; Imam Syafi'i RA berkata: Telah sampai kepada kami (berita) bahwa ketika Rasulullah saw berkhuthbah, beliau berpegang pada tongkat. Ada yang mengatakan, beliau berkhutbah dengan memegang tongkat pendek dan anak panah. Semua benda-benda itu dijadikan tempat bertumpu (pegangan). Ar-Rabi' mengabarkan dari Imam Syafi'i dari Ibrahim, dari Laits dari 'Atha', bahwa Rasulullah SAW jika berkhutbah memegang tongkat pendeknya untuk dijadikan pegangan". (al-Umm, juz I, hal 272)

 ﻋَﻦْ ﺷُﻌَﻴْﺐِ ﺑْﻦِ ﺯُﺭَﻳْﻖٍ ﺍﻟﻄَﺎﺋِﻔِﻲِّ ﻗَﺎﻝَ ﺷَﻬِﺪْﻧﺎَ ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺍﻟﺠُﻤْﻌَﺔَ ﻣَﻊَ ﺭَﺳُﻮْﻝِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺎﻡَ ﻣُﺘَﻮَﻛِّﺌًﺎ ﻋَﻠَﻰ ﻋَﺼَﺎ ﺃَﻭْﻗَﻮْﺱٍ Dari Syu'aib bin Zuraidj at-Tha'ifi ia berkata ''Kami menghadiri shalat jum'at pada suatu tempat bersama Rasulullah SAW. Maka Beliau berdiri berpegangan pada sebuah tongkat atau busur". (Sunan Abi Dawud hal. 824).
 As Shan’ani mengomentari hadits terserbut bahwa hadits itu menjelaskan tentang “sunnahnya khatib memegang pedang atan semacamnya pada waktu menyampaikan khutbahnya”. (Subululus Salam, juz II, hal 59)
 ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻓَﺮَﻍَ ﺍﻟﻤُﺆَﺫِّّﻥُ ﻗَﺎﻡَ ﻣُﻘْﺒِﻼً ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨَّﺎﺱِ ﺑِﻮَﺟْﻬِﻪِ ﻻَ ﻳَﻠْﺘَﻔِﺖُ ﻳَﻤِﻴْﻨًﺎ ﻭَﻻَﺷِﻤَﺎﻻً ﻭَﻳُﺸْﻐِﻞُ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺑِﻘَﺎﺋِﻢِ ﺍﻟﺴَّﻴْﻒِ ﺃَﻭْ ﺍﻟﻌُﻨْﺰَﺓِ ﻭَﺍﻟﻤِﻨْﺒَﺮِ ﻛَﻲْ ﻻَ ﻳَﻌْﺒَﺚَ ﺑِﻬِﻤَﺎ ﺃَﻭْ ﻳَﻀَﻊَ ﺇِﺣْﺪَﺍﻫُﻤَﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻵﺧَﺮ
 Apabila muadzin telah selesai (adzan), maka khatib berdiri menghadap jama' ah dengan wajahnya. Tidak boleh menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan kedua tangannya memegang pedang yang ditegakkan atau tongkat pendek serta (tangan yang satunya memegang) mimbar. Supaya dia tidak mempermainkan kedua tangannya. (Kalau tidak begitu) atau dia menyatukan tangan yang satu dengan yang lain". (Ihya' 'Ulum al-Din, juz I, hal 180)
 Hikmah dianjurkannya memegang tongkat adalah untuk mengikat hati (agar lebih konsentrasi) dan agar tidak mempermainkan tangannya. Demikian dalam kitab Subulus Salam, juz II, hal 59).
 Jadi, seorang khatib disunnahkan memegang tongkat saat berkhutbah. Tujuannya, selain mengikuti jejak Rasulullah SAW juga agar khatib lebih konsentrasi (khusyu’) dalam membaca khuthbah.


 didalam Kitab al Hawasyil Madaniyah Juz 2 halaman 44 dikatakan :

وَأنْ يَعْتَمِدَ الخَطِيْبُ عَلَى نَحْوِ عَصَا او سَيْفٍ او قَوسٍ بِيَسَارِهِ لِلإِتِّبَاعِ, وَحِكْمَتُهُ أنَّ هَذَا الدِّيْنَ, بِالسِّلاَحِ, وَتَكُونُ يُمْنَاهُ مَشْغُولَةَ بِالمِنْبَرِ إنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ نَجَاسَةٌ كَعَاجٍ او ذَرْكِ طَيْرٍ. فَإن لَم يَجِدْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ جَعَلَ اليُمْنَى عَلَى اليُسْرَى تَحْتَ صَدْرِهِ.
 Dan hendaklah khotib memegang pada seumpama tongkat atau pedang atau gendewa dengan tangan kirinya karena mengikuti ulama’ salaf, hikmahnya adalah sesungguhnya agama ini telah tegak dengan bantuan senjata, dan tangan kanannya adalah disibukkan dengan mimbar jika pada mimbar tersebut tidak terdapat najis seperti gading atau kotoran burung. Jika khotib tidak mendapatkan sesuatu dari hal tersebut, maka dia menjadikan tangan kanannya diatas tangan kirinya di bawah dadanya.

Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar